Menebar Harum di Negeri Sakura

Teater Studio Indonesia menjadi pemenang emerging artist program di Festival Tokyo 2012. Sebagai pemenang, group teater asal Serang ini dijadwalkan untuk kembali menggelar pentas di panggung utama tahun.
Teater Studio saat pementasan di Festival Tokyo.
Hujan turun dengan deras, memaksa laki-laki berbalut jubah abu-abu kusam berhati-hati memanjat batang bambu hijau sepanjang 15 meter. Batang bambu itu menjadi tiang utama yang menyangga enam buah bambu berbentuk segitiga sikusiku menyerupai payung.
Perlahan namun pasti sang lelaki berhasil melalui bambu yang terbujur dalam posisi 90 derajat tersebut. Ketika tiba di penghujung bambu, dia mengikat kuat ujungnya dengan enam buah segitiga dan menjatuhkannya ujung payung perlahan-lahan ke tanah.
Hujan mulai mereda di Taman Ikebukuro, Tokyo Metropolitan Teater ketika tepuk tangan penonton membahana usai menyaksikan pertujukan yang digelar oleh Teater Studio Indonesia. Para penonton terkesima, tak bergeming kendati dingin menusuk tulang menerpa tubuh yang berbalut jaket tebal dan jas hujan.
Hingga pertunjukan berakhir, mereka tetap setia mengelilingi arena pementasan terbuka di tengah taman kota di negeri sakura tersebut.Tidak hanya memperoleh apresiasi dari para penonton yang hadir. Pementasan bertajuk “Emergency: The Bionarration of a Disjointed Body” karya sutradara Nandang Aradea menjadi pemenang kategori Emerging Artist Program dalam Festival Tokyo 2012.
Teater Studio saat pementasan di Festival Tokyo.
Setelah menyaksikan pentas selama tiga hari berturut-turut mulai tanggal 9 hingga 11 November lalu. Enam orang dewan juri yang diketuai Tadashi Uchino mengumumkan teater asal Serang, Banten tersebut sebagai pemenang saat penutupan Festival Tokyo, 25 November lalu. Teater Studio berhasil menyingkirkan 11 teater lainnya dari berbagai negara seperti Jepang, Korea, Taiwan, China dan Singapura.
Teater Studio bersaing ketat dengan delegasi dari Singapura yang membawakan pentas bertajuk “Gay Romeo” karya Daniel Kok Diskodanny.
Menurut dewan juri, karya Teater Studio Indonesia memiliki kelebihan orisinilitas ide dan konsep yang jelas dan inovatif. Selain itu hasil karya Teater Studio juga memiliki konsep alur artistik yang tidak mengekor pada barat kendati sang sutradara belajar teater di Rusia.
Nilai lebih lainnya, karya Teater Studio berangkat dari hal sederhana. Yakni mengeksplorasi bambu sebagai bentuk ucapan estetika yang menjadi avantgarde ketika bermetamorfosa menjadi pertunjukan teater di atas panggung.
Produser Teater Studio, Seno Joko Suyono mengatakan sebagai pemenang, Teater Studia kembali diundang ke Tokyo dan pentas di panggung utama tahun depan. “Seluruh biaya produksi ditanggung oleh panitia,”ujarnya pada Prioritas, Selasa pekan lalu.
Teater Studio saat pementasan di Festival Tokyo.
Untuk pementasan tahun depan, sang sutradara Nandang sudah menyiapkan naskah teater terbarunya. Menampilkan gagasan teater yang bertema tentang “berpikir laut” yang terinspirasi dari gambar perahu pada relief di candi Borobodur.
Agar memperkuat alur naskah, Nandan berencana meneliti permasalahan yang dihadapi para nelayan di sepanjang pesisir Banten, Jawa Barat. ”Problematika yang mereka hadapi akan saya angkat di pementasan tahun depan,”katanya, Kamis lalu. Dengan menelisik langsung akar permasalahan nelayan, akan tergambar jelas segala persoalan mereka. Dan tentu saja berharap tahun depan, Teater Studio kembali membawa nama harum ibu pertiwi di Negeri Sakura.

0 komentar:

Copyright © 2012 Forum Komunikasi Mahasiswa Lombok-DIY.